Rabu, Oktober 16, 2024
KuliahUlumul Qur'an

Sejarah Turunnya Dan Perkembangan Ulumul Qur’an (Tugas)

BAB
I
PENDAHULUAN
Di
masa Rasulullah saw dan para sahabat, ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu
ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang Arab
asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahapi apa
yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Bila mereka menemukan kesulitan dalam
memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasulullah
saw.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Turunnya dan Perkembangan Ulumul Qur’an
Dimasa Rasulullah saw dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum
dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat
adalah orang-orang Arab Asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang
tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul saw
Adapun mengenai kemampuan Rasul memahami al-Qur’an tentunya
tidak diragukan lagi karena Dialah yang menerimanya dari Allah swt, dan Allah
mengajarinya segala sesuatu.
Ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Qur’an tidak
dibukukan pada masa Rasul dan sahabat, yaitu:
  1. Kondisinya tidak membutuhkan
    karena kemampuan mereka yang besar dan tidak memahami Al-Qur’an dan Rasul
    dapat menjelaskan maksudnya.
  2. Para sahabat sedikit sekali
    yang pandai menulis.
  3. Adanya larangan Rasul untuk
    menuliskan selain Al-Qur’an
Semuanya ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak
tertulisnya ilmu ini baik di masa Nabi maupun di zaman sahabat.[1]
Di zaman Khalifah Utsman, wilayah Islam bertambah luas
sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui
bahasa Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sahabat akan tercemarnya
keistimewaan bahasa Arab dari bangsa Arab. Bahkan kekhawatirannya akan
terjadinya perpecahan di kalangan kaum muslimin tentang bacaan al-Qur’an selama
mereka tidak memiliki sebuah al-Qur’an yang menjadi standar bagi bacaan mereka.
Untuk menjaga agar tidak terjadinya kekhawatiran itu, disalinlah dari
tulisan-tulisan aslinya sebuah al-Qur’an yang disebut Mushhaf Imam. Dengan
terlaksananya penyalinan ini maka berarti Utsman etelah meletakkan dasar Ulumul
Qur’an yang disebut Rasm al-Qur’an atau Ilm al-Rasm al-Utsman.[2]
Di masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu al-Qur’an.
Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non-Arab,
kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan al-Qur’an, Ali menyuruh
Abu al-Aswad al-Duali (q. 69 H.) untuk menyusun kaidah-akidah bahasa Arab. Hal
ini dilakukan untuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan menjaga
al-Qur’an dari keteledoran pembacanya. Tindakan Khalifah Ali ini dianggap
perintis bagi lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-Qur’an.[3]
Setelah berakhirnya zaman Khalifah yang Empat, timbul zaman
Bani Umayyah. Kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha
mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu al-Qur’an melalui jalan
periwayatan dan pengajaran secara lisan, bukan, bukan melalui tulisan dan
catatan. Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa
pembukuannya.
B. Keadaan
Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad III H dan Abad IV H
Pada abad III H selain Tafsir dan Ilmu Tafsir, para Ulama
mulai menyusun pula beberapa Ilmu Al-Qur’an, ialah:
  1. Ali bin Al-Madani (wafat tahun
    234 H) menyusun Ilmu Asbabun Nuzul.
  2. Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam
    224 H menyusun Ilmu Nasikh wal Mansukh dan Ilmu Qiraat.
  3. Muhammad bin Ayyub AL-Dhirris
    (wafat tahun 294 H) menyusun Ilmu Makki wal Madani
  4. Muhammad bin Khalaf Al-Marzuban
    (wafat tahun 309 H) menyusun kitab Al-Hawi fi Ulumil Quran (27 juz).
Pada abad IV H mulia disusun Ilmu Garibul Quran dan beberapa
kitab Ulumul Quran dengan memakai istilah Ulumul Quran dengan memakai istilah
Ulumul Quran. Di antara Ulama yang menyusun Ilmu Garibul Quran dan kitab-kitab
Ulumul Quran pada abad IV ini, ialah:
  1. Abu Bakar Al-Sijistani (wafat
    tahun 330 H) menyusun Ilmu Garibul Quran.
  2. Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim
    Al-Anbari (wafat tahun 328 H) menyusun kitab Ajaibu Ulumil Quran. Di dalam
    kitab ini, ia menjelaskan atas tujuh huruf, tentang penulisan Mushaf,
    jumlah bilangan surat-surat, ayat-ayat dan kata-kata dalam Al-Qur’an
  3. Abul hasan Al-Asy’ari (wafat
    tahun 324 H) menyusun kitab Al-Mukhtazan fi Ulumil Quran
  4. Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad
    bin Ali Al-Karakhi (wafat tahun 360 H) menyusun kitab:
نكت القران الدالة علي البيان في
انواع العلوم و الاحكام المنبئة عن اختلاف الانام
  1. Muhammad bin Ali Al-Adwafi
    (wafat tahun 388 H) menyusun kitab Al-Istgna’ Fi Ulumil Quran (20 Jilid).
C. Keadaan
Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad V dan VI H
Pada abad V H mulai disusun Ilmu I’rabil Quran dalam satu
kitab. Di samping itu, penulisan kitab-kitab dalam Ulumul Quran masih terus
dilakukan oleh Ulama pada masa ini.
Adapun Ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Quran
pada abad V ini, antara lain ialah:
  1. Ali bin Ibrahim bin Sa’id
    Al-Khufi (wafat tahun 430 H) selain mempelopori penyusunan Ilmu I’rabil
    Quran,
    ia juga menyusun kitab Al-Burhan Fi Ulumil Quran. Kitab
    ini selain menafsirkan Al-Quran seluruhnya, juga menerangkan Ilmu-ilmu
    Al-Quran yang ada hubungannya dengan ayat-ayat Al-Quran yang ditafsirkan.
    Karena itu, ilmu-ilmu Al-Quran tidak tersusun secara sistematis dlam kitab
    ini, sebab ilmu-ilmu Al-Quran diuraikan secara perpencar-pencar, tidak
    terkumpul dalam bab-bab menurut judulnya. Namun demikian, kitab ini
    merupakan karya ilmiah yang besar dari seorang Ulama yang telah merintis
    penulisan kitab tentang Ulumul Quran yang agak lengkap.
  2. abu ‘Amar Al-Dani (wafat tahun
    444 H) menyusun kitab Al-Taisir Fil Qiroatis Sab’I dan kitab Al-Muhkam
    Fi al-Nuqoti.
Pada abad VI H, di samping terdapat Ulama yang meneruskan
pengembangan Ulumul Quran, juga terdapat Ulama yang mulai menyusun Ilmu
Mubhamatil Quran. Mereka itu antara lain, ialah:
  1. Abul Qasim bin Abdurrahman
    Al-Suhaili (wafat tahun 581 H) menyusun kitab tentang Mubhamatul Quran,
    menjelaskan maksud kata-kata dalam Al-Quran yang tidak jelas apa atau
    siapa yang dimaksudkan. Misalnya kata rajulun (seorang lelaki) atau
    malikun (seorang raja)
  2. Ibnul Jauzi (wafat tahun 597 H)
    kitab Fununul Afnan Fi Ajaibil Quran
فنون الافنان في عجائب القران
Dan
kitab Al-Mujtaba Fi Ulumin Tata’allaqu Bil Quran.
المجتبي في علوم تتعلق بالقران.
  1. Abul Hasan Al-Asy’ari (wafat
    tahun 324 H) menyusun kitab Al-Mukhtazan fi Ulumil Quran.
  2. Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad
    bin Ali Al-Karakhi (wafat tahun 360 H) menyusun kitab:
نكت القران الدالة علي البيان في
انواع العلوم والاحكام المنبئة عن اختلاف الانام
  1. Muhammad bin Ali Al-Adwafi
    (wafat tahun 388 H) menyusun kitab Al-Istgna’ Fi Ulumil Quran (20 Jilid).
D. Keadaan
Ilmu-ilmu Al-Quran pada Abad VII dan VIII H
Pada abad VII H, ilmu-ilmu AL-Quran terus berkembang dengan
mulai tersusunnya Ilmu Majazul Quran dan terus tersusun pula Ilmu Qiraat.
Diantara Ulama abad VII yang besar perhatiannya terdapat Ilmu-ilmu Al-Quran,
ialah:
  1. Ibnu Abdis Salam yang terkenal
    dengan nama Al-Izz (wafat tahun 660 H) adalah pelopor penulisan:
    Ilmu Majazul Quran dalam satu kitab.
  2. Alamuddin Al-Sakhawi (wafat
    tahun 643 H) menyusun Ilmu Qiraat dalam kitabnya Jamalul Qurra
    ‘Wa Kamalul Iqra’,
  3. Abu Syamah (wafat tahun 655 H)
    menyusun kitab Al-Mur-syidul Wajiz Fi Ma Yata’allaqu bil Quran.
المرشد الوجير فيما يتعلق بالقران
Pada abad VIII H, muncullah beberapa Ulama yang menyusun
ilmu-ilmu baru tentang Al-Quran, sedang penulisan kitab-kitab tentang Ulumul
Quran masih tetap berjalan terus. Di antara mereka ialah:
  1. Ibnu Abil Isba’ menyusun Ilmu
    Badai’ul Quran, sesuatu ilmu yang membahas macam-macam badi’ (keindahan
    bahasa dan kandungan Al-Quran) dalam Al-Quran.
  2. Ibnul Qayyim (wafat tahun 752
    H) menyusun Ilmu Aqsamil Quran, suatu ilmu yang membahas tentang
    sumpah-sumpah yang terdapat dalam Al-Quran.
  3. Najmuddin Al-Thufi (716 H)
    menyusun Ilmu Hujajil Quran atau Ilmu Jadalil Quran, suatu
    ilmu yang membahas tentang bukti-bukti/dalil-dalil
    (argumentasi-argumentasi) yang dipakai oleh Al-Quran untuk menetapkan
    sesuatu.
  4. Abul Hasan Al-Mawardi menyusun
    Ilmu Amtsil Quran, suatu ilmu yang membahas tentang
    perumpamaan-perumpamaan yang terdpat di dalam Al-Quran.
  5. Badruddin Al-Zarkasyi (wafat
    tahun 794 H) menyusun ktiab Al-Burhan Fi Ulumil Quran. Kitab ini
    telah diterbitkan oleh Muhammad Abul Fadl Ibrahim (4 juz).
Di masa Rasulullah saw dan para sahabat, Ulumul Quran belum
dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis,
Di zaman khalifah Utsman, wilayah Islam bertambah luas
sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak
mengetahui bahasa Arab.
Dimasa Ali terjadi perkembangan baru dalam Ilmu Al-Quran.
Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non-Arab,
kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan Al-Quran. Ali menyuruh
Abu al-Aswad al-Dauli (wapat tahun 69 H). untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa
Arab.
Ulumul Quran memasuki masa pembukuannya pada abad ke-2 H.
Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada Ilmu Tafsir karena
fungsinya sebagai Umm al-Uum (induk ilmu-ilmu al-Quran) para penulis
pertama tafsir dalam tafsir adalah Syu’bah Ibnu al-Hajjaj (w.160 H), Sofyan
Ibnu ‘Uyaynah dan Wali ‘Ibnu al-Jarrah
Pada abad ke-3 lahir ilmu asbab al-nuzul, ilmu nasikh dan
mansukh, ilmu tentang ayat Makkiah dan Madaniah, qiraat, I’rab dan istinbath.
Pada abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an abad ke-5 lahir
ilmu Amtsal Quran, abad ke-6 disamping banyak ulama yang melanjutkan
pengembangan ilmu-ilmu al-Quran yang telah ada lahir pula ilmu mabhat al-Quran
ilmu ini menerangkan lafal-lafal al-Quran yang maksudnya apa dan siapa tidak
jelas
Pada abad eke-8 muncul ulama yang menyusun ilmu-ilmu tentang
al-Quran, Ibnu Abi al-Ishba’ tentang badai al-Quran, yang membahas macam-macam,
keindahan bahasa dalam al-Quran yang membahas tentang sumpah-sumpah al-Quran.
Pada abad ke-9, Jalaluddin al-Suyuthi menyusun dua kitab,
al-Tahbir fi ‘Ulum al-Tafsir dan al-Itqan fil ‘Ulum al-Quran. Kedua kitab ini
puncak karang-mengarang dalam ulum al-Quran setelah abad ini hampir tidak
adalagi yang mampu melampui batas karyanya. Ini terjadi sebagai akibat
meluasnya sifat taklid.
Sejak penghujung abad ke-13 H. sampai saat ini perhatian
para ulama terhadap penyusunan kitab-kitab Ulumul Quran bangkit kembali.
Kebangkitan ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam ilmu-ilmu agama
lainnya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Sejarah
Pertumbuhan Ulumu Qur’an
a. Ulumul
Qur’an pada masa Nabi dan Sahabat
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sangat mengetahui
makna-makna Al-Qur’an dan ilmu-ilmunya, sebagaimana pengetahuan para ulama
sesudahnya. Hal itu disebabkan karena Rasulullah yang menerima wahyu dari sisi
Allah SWT, juga mendapatkan rahmat-Nya yang berupa jaminan dari Allah bahwa
kalian pasti bisa mengumpulkan wahyu itu ke dalam dada beliau.
Setiap Rasulullah selesai menerima wahyu ayat Al-Qur’an,
beliau menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya. Rasulullah SAW
menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Qur’an kepada mereka dengan sabda,
perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan sifat beliau.
Para sahabat dahulu tidak / belum membutuhkan pembukuan Ulumul Qur’an itu
adalah karena hal-hal sebagai berikut:
a) Mereka
terdiri dari orang-orang Arab murni yang mempunyai beberapa keistimewaan,
antara lain:
Ø
Mempunyai daya hafalan yang kuat
Ø
Mempunyai otak cerdas
Ø
Mempunyai daya tangkap yang sangat
tajam
Ø
Mempunyai kemampuan bahasa yang luas
terhadap segala macam bentuk ungkapan, baik prosa, puisi, maupun sajak.
b) Kebanyakan
mereka terdiri dari orang-orang yang Ummi, tetapi cerdas.
c) Ketika
mereka mengalami kesulitan, langsung bertanya kepada Rasulullah SAW.
d) Waktu
dulu belum ada alat-alat tulis yang memadai.
b.
Perintis Dasar Ulumul Qur’an dan pembukuannya
a) Perintis
Dasar Ulumul Qur’an
Setelah periode pertama berlalu, datanglah masa pemerintahan
kahlifah Utsman bin Affan. Negara-negara Islam pun telah berkembang luas.
Orang-orang Arab murni telah bercampur baur dengan orang-orang asing yang tidak
kenal bahasa Arab. Percampuran bangsa dan akulturasi kebudayaan ini menimbulkan
kekhawatiran-kekhawatiran. Karena itu, Kholifah Utsman bin Affan memerintahkan
Kaum muslimin agar seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang telah
dikumpulkan pada masa Kholifah Abu Bakar itu dikumpulkan lagi dalam satu
mushhaf, kemudian di kenal dengan nama Mushhaf Utsman. Dengan usahanya itu,
berarti Kholifah Utsman bin Affan telah meletakkan dasar pertama, yang kita
namakan Ilmu Rasmil Qur’an atau Rasmil Utsmani.
b) Pembukuan
Tafsir Al-Qur’an
Setelah dirintis dasar-dasar Ulumul Qur’an, kemudian
datanglah masa pembukuan / penulisan cabang-cabang Ulumul Qur’an. Cita-cita
yang pertama kali mereka laksanakan ialah pembukuan Tafsir Al-Qur’an. Sebab,
tafsir Al-Qur’an dianggap sebagai induk dari ilmu-ilmu Al-Qur’an yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
TM. Hasbie Ash-Shiddieqy, Sejarah
dan pengantar Ibnu Al-Qur’an, Bulan Bintang, Jakarta, 1994
[1]Al-Shahih,
Shubhi, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Dar altlm li al-Malayin, Beirut,
1977, hal. 120.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *