Rabu, Oktober 16, 2024
KuliahPsikologi

Motif (Makalah)

BAB I
PENDAHULUAN
A.              
LATAR
BELAKANG MASALAH
Kemauan
merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai
aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan behubungan dengan pelaksanaan
suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju pada suatu
arah. Adapun tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu tujuan yang harus
diartikan dalam suatu lingkungan. Misalnya, seseorang yang memiliki suatu benda
maka tujuannya bukan pada bendanya, akan tetapi pada yang mempunyai benda itu.
Seseorang yang mempunyai tujuan untuk menjadi sarjana, dengan dasar kemauan, ia
belajar dengan tekun walaupun mungkin juga sambil bekerja.
Dalam
istilah sehari-hari, kemauan dapat disamakan dengan kehendak atau hasrat.
Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuautu. Kehendak ini
merupakan kekuatan dari dalam. Dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Dalam
berfungsinya kehendak ini bertautan dengan pikiran dan perasaan. 
Sesuatu
tujuan (objek) yang dituju oleh perbuatan yang bermotif disebut insentif. Motif
adalah alasan dasar untuk berbuat, suatu tenaga dari dalam individu yang
menyebabkan individu itu berbuat atau bertindak aktif, karena ditujukan kepada
tujuan tertentu agar dapat dicapainya. Motif didalam individu terhadap reaksi merupakan
set atau persiapan (pertolakan,kesediaan,kesiapan) yang mendahului perbuatan
individu untuk mencapai tujuan tertentu. Atau dengan perkataan lain motif
adalah predisposisi suatau kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan
dekat untuk dicapai suatu perbuatan yang bermotif disebut insentif. Atau dengan
perkataan lain tujuan atau intensif itu memberi motif kepada perbuatan
(memotivasi perbuatan).
B.                
RUMUSAN
MASALAH
1.     
Apa
pengertian motif ?
2.     
Bagaimana
perkembangan motif ?
3.     
Apa
saja macam-macam motif ?
4.     
Apa
saja yang termasuk dalam konflik motif ?
5.     
Apa
yang dimaksud dengan prinsip Goal Gradient & Gradient Ovoidance ?
C.        TUJUAN PENULISAN
Makalah
ini dibuat bertujuan untuk lebih memperdalam lagi ilmu psikologi selain itu
untuk lebih mengetahui lagi tentang gejala-gejala konatif (psikomotor),
meliputi motif, konflik motif serta prinsip goal gradient dan  gradient of avoidance.
D.        MANFAAT PENULISAN
Makalah ini bagi
penulis sendiri di buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Umum,  selain itu sebagai bahan kajian
dan masukan baru untuk melaksanakan penelitian serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam mempelajari tentang ilmu psikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.     
Pengertian
Motif
Motif dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam
diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Dan
dorongan ini biasanya tertuju kepada suatu tujuan tertentu.[1]
Dalam diri kita motif itu dapat berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita atau
suatu hasrat atau keinginan yang merupakan daya penggerak dalam diri untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan.
Silverstone menganggap motif ini 
merupakan tahap awal dari proses motivasi, karena itu W.S. Winkell
menanamkan motif  ini baru merupakan
suatu kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan) saja. Sebab motif-motif itu
tidak selamanya aktif. Motif-motif ini hanya aktif pada saat-saat tertentu
saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.[2]
Perbuatan organisme itu dapat dibedakan : perbuatan yang refleksif
dan perbuatan yang disadari.
1.   
Perbuatan
yang secara refleksif yaitu perbuatan yang terjadi tanpa disadari oleh individu
yang bersangkutan.
Oleh karena
perbuatan ini tidak disadari oleh individu yang bersangkutan, maka sudah tentu
perbuatan itu sebagai suatu reaksi dari stimulus yang diterimanya tidak sampai
keotak sebagai pusat kesadaran. Karena itu, jalan yang ditempuh stimulus yang
disadari oleh individu, sampai terjadinya reaksi akan lebih pendek bila di
bandingkan dengan jalan yang ditempuh oleh stimulus menimbulkan reaksi sebagai
akibat dari stimulus yang diterimanya.









Dengan demikian reaksi refleksif  ialah stimulus  reseftor efektor response (act).
Macam-macam refleks :
a. Refleks
Bawaan: yakni refleks yang dibawa sejak lahir, disebut pula refleks asli atau
refleks sewajarnya. Contohnya: menutup mata karena menentang sinar yang sangat
terang, gemetar karena lapar dll.
b.  Refleks
Latihan: yakni refleks yang diperoleh dari pengalaman. Reflek ini tidak dibawa
sejak lahir, melainkan hasil dari pengalaman-pengalaman yang selalu diulang.
Contoh: ketrampilan mengemudikan sepeda motor.
c.  Refleks
Bersyarat: reflek ini tidak tergantung pada perangsang alam yang asli tetapi
timbul karena rangsang lain yang berasosiasi dengan rangsang alam tersebut.
Contoh: orang yang sedang merasa haus, melihat buah asam, air liur terus
keluar.
2.   
Perbuatan
yang disadari yaitu perbuatan individu atas dasar kehendak atau kemampuan dari
individu yang bersangkutan .








Jadi kalau perbuatan itu adalah
respons dari suatu stimulus yang diterima oleh individu itu sampai dipusat,
sehingga benar-benar disadari oleh individu itu sehingga jalan stimulusnya
adalah : stimulus          reseftor           pusat            efektor           respons

Dengan
demikian jalan yang ditempuh stimulus sampai respons pada yang disadari lebih
panjang bila dibandingkan dengan yang tidak disadari.[3]
Telah
dikemukakan bahwa perbuatan yang refleksif merupakan perbuatan atau tindakan
yang berjalan dengan sendirinya, tanpa disadari oleh individu yang
bersangkutan. Namun demikian, perbuatan yang semula tidak adanya motif itu
dapat meningkat kepada perbuatan yang bermotif. Misalnya, kalau jari tersentuh
api maka secara refleksi, orang menarik tangan atau jarinya dari sentuhan api
tersebut sebagai responnya. Perbuatan itu terjadi dengan sendirinya, terjadi
secara otomatis. Akibat karena jari terkena api terasa sakit maka orang mencari
obat yang sekiranya dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa sakit itu.
Perbuatan yang mencari obat ini merupakan perbuatan yang telah bermotif. Tujuan
dari perbuatan ini ialah mencari obat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit yang diderita sebagai akibat terkena api tersebut. Dari contoh ini dapat
dikemukakan bahwa perbuatan yang  semula
tidak bermotif, yang refleksif, dapat meningkat pada perbuatan yang bermotif.
2.     
Pekembangan
Motif
Perkembangan ini berhubungan dengan masalah kematangan
(maturation), latihan, dan proses belajar. Hal ini juga mempengaruhi keadaan
motif yang ada pada individu.berhubung dengan hal tersebut dapat dikemukakan
bahwa sewaktu individu dilahirkan telah membawa dorongan-dorongan atau
motif-motif tertentu, terutama motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup
individu sebagai organisme. Dengan demikian, motif ini bersifat alami dalam
arti bahwa sewaktu individu dilahirkan telah membawa motif-motif tertentu.
Tetapi kemudian motif yang dibawa itu sebagai akibat dari perkembangan individu,
akan mengalami perkembangan juga. Dapat dikemukakan bahwa ada motif alami
(natural) yang merupakan motif dasar yang ada pada individu, dan ada motif yang
diperoleh dengan melalui pengalaman proses belajar, yaitu merupakan motif yang
dipelajari (learned motives). Motif dasar merupakan motif yang erat sekali
hubungannya dengan motif untuk minum, motif mencari udara segar, motif seksual.
Tetapi dengan perkembangan individu, motif dasar akan mengalami perubahan,
sesuai dengan keadaan norma-norma yang ada.
3.     
 Macam-macam motif
a.      
Menurut
Kuypers :
1.     
Motif
Biologis yaitu merupakan motif untuk kelangsungan hidup manusia sebagai suatu
organisme.
Misalnya : motif makan, motif minum, dan sebagainya.
Motif
biologis ini dapat mengalami perubahan bentuk sesuai dengan keadaan masyarakat
dari individu itu. Karena norma yang ada pada masyarakat itu adalah merupakan
norma yang terbentuk dari keadaan masyarakat.
2.     
Motif
Sosiologis, yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan orang lain,
motif-motif ini merupakan motif yang dipelajari dan berkembang atas dasar
interaksi individu di dalam masyarakat.
motif ini pada
umumnya dapat berubah bentuk karena pangaruh dari keadaan masyarakat.
3.     
Motif
Pheogenetis, yaitu motif yang mendorong manusia untuk mengadakan hubungan dengan
Tuhan.[4]
b.     
Menurut
Sartain:
1.       
Physiological
Drive ialah dorongan-dorongan bersifat fisik atau jasmaniah, seperti : lapar,
haus dan sebagainya.
2.       
Social
Motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan orang atau manusia
yang lain, seperti : dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat
baik(etis), dan sebagainya.
c.      
Menurut
Wood Worth :
1.     
Motif-motif
yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme.
Misalnya :
motif makan, motif minum, motif kebutuhan pernafasan,dan sebagainya.
2.     
Motif
darurat (Emergency motives) yaitu merupakan motif yang membutuhkan
tindakan-tindakan dengan segera karena keadaan sekitarnya menuntutnya.
Misalnya :
motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk bersaing
dan sebagainya.
Disini akan ditunjukkan
hubungan-hubungan antara situasi, tujuan, motif, dan sikap emosional (reaksi
emosional) didalam keadaan darurat.
Situasi/
Permulaan
Tujuan/
Penyelesaian
Motif/
Arah
Sikap
Emosional/ Reaksi
Bahaya
Keselamatan
Melarikan
Diri
Takut
Tekanan
Kebebasan
Melawan
Marah
Hambatan
Mengatasi
Usaha
Penentuan
Mangsa/
ada Makanan
Menangkap/
menguasai
Mengejar
Gembira
3.     
Motif
obyektif (Obyektif Motives) yaitu merupakan motif-motif untuk mengadakan
hubungan dengan keadaan sekitarnya, biak terhadap orang-orang atau benda-benda.
Misalnya
: motif eksplorasi, motif manipulasi minat, dan sebagainya.
Wood Worth juga
menklasifikasikan motif-motif menjadi dua bagian yang didasarkan atas
terbentuknya motif-motif itu, yaitu:
1.     
Unlearned
motives, adalah motif-motif pokok yang tidak dipelajari atau motif-motif
bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa depelajari;
seperti misalnya : dorongan untuk makan, minum, seksual, bergerak dan
istirahat.
2.     
 Learned motives, adalah motif-motif yang
timbul karena dipelajari,seperti misalnya : dorongan untuk belajar sesuatu
cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar suatu kedudukan dalam jabatan
atau masyarakat dan sebagainya.
Berdasarkan jalarannya :
1.     
Motif-motif
intrinsik ialah motif yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tidak usah
dirangsang dari luar. Misalnya orang yang gemar membaca, tidak usah ada yang
mendorong atau yang menyuruhnya, ia telah mencari sendiri buku-buku untuk
dibacanya.
2.     
Motif-motif
Ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsnya karena adanya perangsang dari luar,
seperti, misalnya : orang belajar giat karena diberitahu akan ada ujian.[5]
4.   Konflik Motif
     Dalam rangka individu mencapai tujuan
kadang-kadang atau justru sering individu menghadapi kendala, sehingga ada
kemungkinan tujuan tersebut tidak dapat tercapai.
     Menurut Kurt Lewin ada tiga macam konflik
motif:
1.     
Approach Conflict–
Approach (Konflik Angguk-angguk )
Individu
menghadapi 2 motive yang sama-sama mengandung nilai-nilai positif dan kadar
nilainya hampir sama kuat. Ini terjadi jika seseorang dalam waktu yang
bersamaan menghadapi berbagai motive, sehingga di dalam dirinya akan terjadi
pertentangan.
2.     
Conflict
Approach – Avoidance ( Konflik Geleng- Angguk )
Individu menghadapi satu obyek yang mengandung nilai positif dan
nilai negatif.
3.     
Conflict
Avoidance – Avoidance ( Konflik Geleng- Geleng )
Individu
menghadapi situasi yang sama-sama mempunyai nilai negatif. Yang menjadi konflik
adalah individu harus menerima salah satu.
4.     
 Conflict Doubel Approach – Avoidance
Individu menghadapi 2 motive yang sama-sama mengandung sekaligus
nilai positip dan nilai negatif, hal ini menimbulkan respon untuk menghindari atau
mendekati.[6]
Bila individu menghadapi bermacam-macam motif ada beberapa
kemungkinan respons yang dapat diambil, yaitu :
1.     
Pemilihan
atau penolakan
Dalam
menghadapi bemacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas.
Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan pada situasi dimana individu
harus memberikan salah satu respons (pemilihan atau penolakan) dari beberapa
macam objek atau situasi yang dihadapi. Kalau antara bermacam-macam objek atau
situasi itu begitu jelas bedanya maka pemilihan yang tegas tidak akan banyak
mengalami kesulitan tetapi makin kecil perbedaan antara bermacam-macan objek
itu maka akan makin sulitlah individu dalam mengambil keputusan sehingga
individu akan mengalami konflik..
2.     
Kompromi
Jika
individu menghadapi dua macam objek atau situasi, adanya kemungkinan individu
dapat mengambil respons yang bersifat kompromis, yaitu menggabungkan kedua
macam objek tersebut. Tetapi tidak semua objek atau situasi dapat diambil
respons atau keputusan yang kompromis. Dalam hal yang terakhir ini individu
harus mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.
Contoh
pengambilan sikap yang kompromis :
Seseorang
ingin melanjutkan belajar, tetapi juga ingi bekerja. Orang tua sudah tidak
dapat memberikan biaya untuk belajar. Orang tersebut dihadapkan kepada dua
macam persoalan, yaitu belajar terus dengan segala macam resiko, atau bekerja
saja tidak usah melanjutkan belajar. Sikap kompromis yang dapat diambil ialah
belajar sambil bekerja.
3.     
Meragu-ragukan
(bimbang)
Jika
individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua objek atau
hal yang buruk atau baik maka sering timbul kebimbangan atau keragu-raguan pada
individu, seakan-akan individu berayun dari satu pol ke pol yang lain. Individu
hampir memutuskan mengambil yang satu, tetapi yang lainnya juga, hingga
individu merasa sukar untuk melepaskannya. Kebingungan terjadi karena
masing-masing objek mempunyai nilai-nilai yang positif ataupun yang negatif,
keduanya mempunyai segi yang menguntungkan tetapi juga mempunyai segi atau
sifat yang merugikan. Pemilihan atau penolakan yang sukar biasanya mengandung
dua macam sifat yang demikian itu, seperti telah dikemukakan dalam masalah
konflik, sama-sama mengandung unsur yang menguntungkan tetapi juga mengandung
unsur yang merugikan. Misalnya, seorang pemuda menghadapi pemilihan antara dua
orang gadis yang sama-sama baiknya. Kedua gadis tersebut menarik perhatiannya
dan semua diinginkannya, semua mempunyai sifat-sifat yang sama kuat. Keadaan
yang demikian inilah yang menimbulkan kebimbangan atau keragu-raguan pada si
pemuda tersebut. Pemilihan secara kompromis tidak mungkin di ambil. Seakan-akan
pemuda tersebut berayun dari satu objek ke objek yang lain, individu mengalami
konflik.
      Kebimbangan atau keragu-raguan umumnya
tidak menyenangkan bagi individu dan kadang-kadang menimbulkan perasaan yang
mengacaukan hingga keadaan psikis individu mengalami hambatan atau gangguan.
Keadaan ini dapat di atasi dengan cara individu mengambil suatu keputusan
dengan mempertimbangkan dan pemeriksaan seteliti-telitinya segala aspek dari
objek tersebut, segala untung ruginya, sehingga mungkin perlu  membuat suatu daftar alasan-alasan hingga
dengan demikian keputusan itu menunjukkan keputusan yang sebaik-baiknya
      Tetapi kadang-kadang kebimbangan itu
berlangsung lama sekali hingga sangat mengganggu individu. Karena itu,
kadang-kadang individu mengambil keputusan secara serampangan saja, sebab
individu beranggapan bahwa adanya suatu keputusan akan lebih baik daripada
tidak ada keputusan sama sekali.
5.   Prinsip Goal Gradient
dan Gradient Of Avoidance
a.     
Prinsip
Goal Gradient
Prinsip
goal gradient semakin dekat individu pada tujuan semakin besar motivenya.
b.     
Prinsip gradient
of avoidance
Asumsi yang menyatakan bahwa kecenderungan menjauhi suatu stimulus
negatif menjadi semakin kuat ketika individu menjadi semakin dekat stimulus
itu,  yang disebut dengan perubahan
tingkat menjauhi. semakin dekat 
individu pada tujuan, semakin besar motive untuk menghindari. [7]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Motif
dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Dan dorongan ini biasanya
tertuju kepada suatu tujuan tertentu. Perbuatan organisme itu dapat dibedakan
menjadi perbuatan yang refleksif dan perbuatan yang disadari. Terdapat berbagai
macam motif dari berbagai para ahli diantanya motif biologis,motif  sosiologis, motif pheogenetis ,motif  physiological drive, minat social motives, motif-motif
yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, motif
darurat (Emergency motives), motif obyektif (Obyektif Motives). Dalam keadaan
sehari-hari menunjukkan bahwa kadang-kadang orang menghadapi beberapa macam
motif yang saling bertentangan satu dengan yang lain hal inilah yang kita sebut
konflik motif . konflik motif dibagi menjadi 4 yaitu
1.     
Approach
Conflict– Approach (Konflik Angguk-angguk )
2.     
Conflict
Approach – Avoidance ( Konflik Geleng- Angguk )
3.     
Conflict
Avoidance – Avoidance ( Konflik Geleng- Geleng )
4.     
Conflict
Doubel Approach – Avoidance
Bila individu menghadapi bermacam-macam motif ada beberapa
kemungkinan respons yang dapat diambil, yaitu Pemilihan atau penolakan,
Kompromi, Meragu-ragukan (bimbang). Mengenai prinsip goal gradient yakni
semakin dekat individu pada tujuan semakin besar motifnya, dan Prinsip gradient
of avoidance bahwa kecenderungan menjauhi suatu stimulus negatif menjadi
semakin kuat ketika individu menjadi semakin dekat stimulus itu ( semakin
mendekati tujuannya).
DAFTAR PUSTAKA
Dedi, Tanya Jawab Psikologi Umum, Bandung: Armico,1982
Sabri M.Alisuf, Pengantar Psikologi Umum & Pengembangan,Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya,1993


[1] Dedi, Tanya Jawab Psikologi Umum, Bandung:  Armico.1982.h.45
[2] M.Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Pengembangan, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya.1993.h.128
[3] Dedi, Tanya Jawab Psikologi Umum, Bandung: Armico.1982.h.46-47
[4] Dedi.S,Tanya Jawab Psikologi Umum.Bandung: Armico.1982.h.46
[5] M.Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Pengembangan,
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993.h.130-131
[6] Http://staff.uny.ac.id,
Selasa,08 oktober 2013 jam 12.35
[7] Http://staff.uny.ac.id, Selasa,
08 oktober 2013 jam 12.35

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *