Senin, Oktober 14, 2024
Ilmu Alamiah DasarKuliah

Alam Semesta (Makalah)

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Semesta atau jagad raya adalah sebagai ruang dan waktu
dimana semua energi dan materi terpadu.
Alam semesta, kadang
disebut alam raya atau mayapada. Terjadinya alam semesta telah dipelajari oleh
manusia sejak dahulu. Dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan akal
pikiran manusia yang diikuti oleh kemajuan teknologi, pandangan terhadap alam
semesta semakin luas.
Berbicara
mengenai kejadian alam semesta menurut Islam, berarti sama halnya dengan
membicarakan konsep kitab suci (Al-Quran) mengenai alam semesta.
Al-Quran menyebutkan mengenai
kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, tentang penciptaan
makhluk hidup dan berbagai aspek pengetahuan lainnya. Meskipun demikian, kitab
suci itu bukanlah buku pelajaran kosmologi atau sains pada umumnya. Sebab ia
hanya menyatakan bagian-bagian yang penting saja dari ilmu dimaksud dan masih
harus dicari kelengkapannya agar dapat dipahami secara utuh.
            Sedangkan dalam pandangan sains modern, pada awalnya alam semesta ini masih
berupa kabut gas yang panas dan kemudian terpisah. Terpisahnya kabut gas ini
merupakan proses awal terciptanya galaksi-galaksi. Dari pecahan-pecahan kabut
gas tersebut selanjutnya melalui proses evolusi terbentuk miliyaran matahari
dengan planet-planet, termasuk bumi yang kita huni ini.
B.   Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian alam semesta?
2.      Bagaimana Pembentukan alam semesta menurut
ilmu pengetahuan modern?
3.      Bagaimana pembentukan alam semesta menurut
pandangan islam (al-Qur’an)?
BAB II
PEMBAHASAN
A.  
Pengertian Alam Semesta
Alam semesta atau jagat raya adalah suatu ruangan yang maha besar
yang di dalamnya terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik, serta di dalamnya
terjadi segala peristiwa alam baik yang dapat diungkapkan manusia maupun yang
tidak. Pengertian alam semesta mencakup tentang mikro
kosmos
dan makrokosmos.
Mikrokosmos
ditemukan pada tahun 1665 oleh ilmuan bangsa Inggris Robert hooke dengan
menggunakan mikroskop yang masih sederhana. Mikrokosmos adalah benda-benda yang
mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba dan
sebagainya.
Makrokosmos
ditemukan pada tahun (1564-1642) oleh Galilie setelah dia menemukan teleskop.
Makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar misalnya
bintang, planet dan galaksi.
B.     Teori-teori Terbentuknya Alam Semesta
Menurut Ilmu Pengetahuan Modern
Ada tiga teori besar tentang terciptanya alam semesta, yaitu Teori
Keadaan Tetap (Ready State Theory), Teori Dentuman Besar (Big Bang)
dan Teori Osilasi.
1.     
Teori
keadaan tetap (Steady-state theory)
Teori ini
dikemukakan oleh Fred Hoyle, herman bondi, thomas Gold ( 1948 ). Teori ini
berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta,
dimana pun dan bilamanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebutlah alam semesta
terjadi pada suatu saat tertentu dimasa yang telah lalu sampai sekarang. Segala
sesuatu di alam semesta ini selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling
bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan, bahwa
galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama.Dengan kata
lain bahwa tiap-tiap galaksi yang terbentuk, tumbuh, menjadi tua, dan akhirnya
mati, jadi, teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya
dan tak terhingga tuanya ( Tanpa awal dan tanpa akhir ).
Dengan
diketahuinya kecepatan radial galaksi-galaksi menjauhi bumi yang dihubungkan
dengan jarak antara galaksi-galaksi dengan bumi dari hasil pemotretan satelit,
maka disimpulkan bahwa makin jauh jarak galaksi terhadap bumi, makin cepat
galaksi tersebut bergerak menjauhi bumi. Hal ini sesuai denga
n
garis spektra yang menuju kepanjang gelombang yang lebih besar yaitu menuju
merah, yang hal ini sering dikenal dengan pergeseran merah. Dari hasil penemuan
ini menguatkann bahwa alam semesta selalu mengembang (ekspansi) dan menipis
(kontraksi). Dengan demikian harus ada “ledakan” atau “dentuman” yang memulai
adanya pengembangan.
2.     
Teori
dentuman besar (big-bang theory)
Teori
berlandaskan dari asumsi adanya masa yang sangat besar dan mempunyai masa jenis
yang sangat besar karena adanya reaksi inti kemudian meledak dengan hebat. Masa
tersebut kemudian mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan menurut
teori ini ada beberapa massa yang penting selama terjadinya alam semesta, yaitu
:
         
Masa
batas dinding planck yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-43
detik berdasarkan hasil perhitungan planck.
         
Masa
jiffy yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-23 detik, dengan
jari-jari alam semesta 10-13 cm dengan kerapatannya 1055
kali kerapatan air.
         
Masa
quark yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-4 detik pada masa
ini partikel-partikel saling bertumpang tindih dan tidak berstruktur serta
diikuti dengan terbentuknya hadron yang mempunyai kerapatan 109 ton
tiap sentimeter kubik.
         
Masa
pembentukan lipton yaitu masa pada saat alam semesta berumur setelah 10-4 detik.
         
Masa
radiasi yaitu masa alam semesta berumur 1 detik sampai 1 juta kemudian pada
saat terbentuknya fusi hidrogen menjadi helium mempunyai suhu 109
kelvin. Pada saat usia alam semesta berumur 105-106 tahun
mempunyai suhu 3000 derajat kelvin.
3.     
Teori Osilasi
Teori
Osilasi hampir sama dengan Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory) yang
 menyatakan bahwa alam semesta tidak ada awal dan tidak ada akhir. Namun,
model osilasi ini mengakui adanya dentuman besar yang mengakibatkan terjadinya
pengembangan, lalu  gravitasi akan menyedot kembali sehingga kempis (collapse)
yang kemudian akan padat kembali. Setelah kembali, selanjutnya terjadi dentuman
besar lagi dan mengempis lagi. Dengan kata lain alam semesta ini berkelakuan
melar-menciut-melar-menciut.
C.     Teori-teori Terbentuknya Alam Semesta
Menurut Pamdangan Islam
Allah menurunkan Al Quran kepada
manusia empat belas abad yang lalu.
Al Quran mencakup beberapa penjelasan
ilmiah dalam tautan keagamaannya.[16]
Beberapa fakta yang baru dapat diungkap dengan teknologi
abad ke-21 ternyata telah dinyatakan Allah dalam Al Quran empat belas abad yang
lalu.
           
Dalam Al Quran, terdapat banyak bukti yang memberikan informasi dasar mengenai
beberapa hal seperti penciptaan alam semesta. Kenyataan bahwa dalam Al Quran
tersebut sesuai dengan temuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal
penting,  karena keasesuaian ini menegaskan bahwa Al Quran adalah ” firman
Allah”.
Al Qur’an surat Fussilat (41:11) yang
artinya: ” Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap,
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ” Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: ”Kami datang
dengan suka hati”.
Kata asap dalam ayat tersebut menurut para ahli tafsir
adalah merupakan kumpulan dari gas-gas dan partikel-partikel halus baik dalam
bentuk padat maupun cair pada tempratur yang tinggi maupun rendah dalam suatu
campuran yang lebih atau kurang stabil.
 Dalam Al
Quran surat Al-Anbiya (21:30) disebutkan ”Dan apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu (sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara keduanya.Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman
?” . Matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah
berputar keliling sumbuhnya sejak berjuta-juta tahun. Dalam proses
perputarannya dengan kecepatan tinggi itu, maka terhamburkan bingkah-bingkahan
yang akhirnya menjadi beberapa benda angkasa termasuk bumi. Masing-masing
bingkah beredar menurut garis tengah lingkaran matahari, semangkin lama
semangkin bertambah jauh
, hingga masing-masingnya menempati garis
edarnya yang sekarang. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai
batas waktu yang hanya diketahui oleh Allah S.W.T
         
Kemudian Surat Adz Dzaariyaat (51:47) ” Dan langit, dengan kekuasaan
Kami,Kami bangun dan Kami akan memuaikannya selebar-lebarnya”
. Teori  Big
Bang juga mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara terus menerus dengan
kecepatan maha dahsyat yang di umpamakan mengembangnya permukaan balon yang
sedang ditiup ,yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur kembali. Isyarat
ini sudah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya (21:104) ”(Yaitu) pada hari Kami
gulung langit sebagai menggulung lembaran – lembaran kertas. Sebagaimana Kami
telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya”
Dalam surat Al-Sajda (32:4) yang
artinya : ”Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa
…” . Uraian penciptaan langit dan bumi dan
apa-apa yang ada antara keduanya, terdapat dalam  surat Fush-Shilat ayat
9,10 dan 12. yang perincian tafsirannya sebagai berikut: Tahapan pertama
penciptaan bumi  2 rangkaian waktu, tahapan kedia penyempurnaan aparat
bumi 2 rangkaian waktu, tahap ketiga penciptaan (angkasa raya) dan
planet-planetnya 2 rangkaian waktu. Jadi terbentuknya alam raya ini terjadi
dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.
D.   
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat
menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai
dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:[17]
1.       Masa I (ayat
27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali
terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7
milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa
dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang
terbentuk dari ledakan tersebut terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur
pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan
memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius,
terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen
yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infrared. Perubahan
wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan
sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur
dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang
mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang
kemudian membentuk galaksi
. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan
mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran)
dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan
kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi
.
2.      Masa II (ayat
28): pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28
di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata
”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang,
sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi.
Mengembangnya alam semesta sebenarnya
adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah
ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan
menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan
berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”,
menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses
yang terus berlangsung.
Sebelum langit itu disempurnakan, keadaanyya masih
primitif dan masih sempit atau belum meluas[18].
Misalnya
kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus
mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
3.     
Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa
Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat
tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya
dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata
surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira
sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di
atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas
dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya
Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun
mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa
Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini
terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran
sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari
Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
4.     
Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat
30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan
Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga
bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, “Katakanlah:
‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu
adalah Rabb semesta alam
”.
Sedang dalam Surat Nuh ayat 9,  “Dan Allah
menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan
”.  Bumi dijadikan hamparan.
Meskipun tidak licin, tetapi sudah memenuhi syarat-syarat untuk
bekerja/berfungsi sebagaimana mestinya dan sudah memenuhi syarat hidup bagi
makhluk biologis dan botanis.[19]
5.      Masa V (ayat
31): pengiriman air ke Bumi melalui komet
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan
bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini
menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Air
diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih
sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan
unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai
hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium
dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah
unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari
air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu
pun mulai muncul di dalam air.
6.     
Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya
hewan dan manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung
dipancangkan dengan teguh.
” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah
penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama.
Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen
Pangaea mulai terpecah.
Kemudian, setelah gunung mulai
terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam
ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu
geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga
Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam
Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu
gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya
”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *