Jumat, November 22, 2024
KuliahPengantar Studi Islam

Metode dan Metodologi Studi Islam (Makalah)

                                        BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar
Belakang
Islam
merupakan agama yang sangat komplek. Sehingga dalam memahaminya pun dibutuhkan
cara-cara atau metode-metode yang tepat agar tercapai suatu pemahaman yang utuh
tentang Islam. Di Indonesia sejak Islam masuk pertama kali sampai saat ini
telah timbul berbagai macam pemahaman yang berbeda mengenai Islam. Sehingga
dibutuhkanlah tata-tata cara atau metode-metode untuk memahami Islam dengan
benar agar tidak terjadi salah pengertian.
Memahami
Islam secara menyeluruh sangat penting. Apabila Islam dipelajari sebagian saja
dari semua ajarannya, apalagi yang bukan pokok ajaran, dan dalam bidang-bidang
masalah khilafiyah, maka tentu pemahaman tentang Islam yang sangat minim
tersebut dapat menimbulkan salah pengertian. Lebih dari itu, dalam diri
seseorang tersebut mungkin akan timbul keraguan atau kebimbangan terhadap
Islam. Pemahaman seperti inilah yang ditakutkan akan membawa akibat yang sangat
fatal.
Untuk
menghindari bahaya pengenalan semacam ini, Islam harus dipelajari secara
menyeluruh. Kemungkinan seseorang tidak mampu atau tidak ada waktu untuk
mempelajari Islam secara menyeluruh, maka cukup dengan mengetahui dan memahami
prinsip-prinsip Islam serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari itu
sudah cukup. Islam adalah agama yang universal dan dapat diterima oleh segala
macam tingkatan intelek manusia.
Maka,
dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas mengenai metodologi atau
cara-cara serta beberapa hal yang berkaitan untuk memahami Islam.
B.       Rumusan
Pembahasan
Dari
latar belakang tersebut, pemakalah merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai
berikut :
1.                  
Apakah pengertian metode dan metodologi studi
Islam ?
2.                  
Apa saja yang termasuk ruang lingkup
studi Islam ?
3.                  
Metode studi Islam ?
4.                  
Metode memahami Islam ?
5.                  
Tujuan metode memahami islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.   
PENGERTIAN
METODE dan METODOLOGI STUDI ISLAM
Menurut
bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta (sepanjang),
dan hodus (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara-cara atau
langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang
lain. Metode disebut juga pengajaran atau penelitian.[1]
 Menurut istilah (terminologi), metode adalah
ajaran yang memberi uraian, penjelasan dan penentuan nilai. Jadi metode adalah
suatu ilmu yang memberi penjelasan tentang sistem dan langkah yang harus
ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan.
Secara
etimologis, kata metodologi diderivasi dari kata method yang berarti ‘cara’,
dan logy atau logos berarti ‘teori’ atau ‘ilmu’. Jadi, kata metodologi
mempunyai arti ‘suatu ilmu atau teori yang membicarakan cara’.[2]
Metodologi
adalah cara-cara yang digunakan manusia untuk mencapai pengetahuan tentang
realita atau kebenaran. Jadi, metodologi adalah pengetahuan tentang berbagai
metode yang dipergunakan dalam penelitian.[3]
Istilah
metodologi studi islam digunakan ketika seseorang ingin membahas kajian-kajian
seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi Islam.
B.    
RUANG
LINGKUP STUDI ISLAM
Sebelum kita membahas apa saja
metode-metode dalam memahami studi Islam, maka terlebih dahulu kami akan
membahas apa saja yang termasuk ruang lingkup studi Islam. Karena mustahil kita
belajar tentang metode memamahi sesuatu, jika kita tidak tau apa saja yang akan
kita pahami tersebut.
Menurut Muhammad Nurhakim, memang tidak
semua aspek agamanya, khususnya Islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks
khusus studi Islam, ada beberapa aspek tertentu dari Islam yang dapat menjadi
objek studi, yaitu :
1.      Islam
sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final,
dalam arti absolute, dan diterima secara apa adanya.
2.      Sebagai
gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam
kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3.      Interaksi
sosial yaitu realitas umat islam.
C.   
METODE
STUDI ISLAM
Adapun
metode studi Islam secara lebih rinci dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.    Metode
Diakronis
Suatu
metode mempelajari islam dengan menonjolkan aspek sejarah. Metode ini member
kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dalam islam. Metode ini juga menghendaki adanya pengetahuan,
pemahaman dan penguraian ajarn –ajaran Islam dari sumber dasarnya, yakni
Al-Qur’an dan as Sunnah serta latar belakang masyarakat, sejarah, dan budaya.
2.    Metode
Sinkronik – Analitis
Suatu
metode mempelajari Islamyang memberikan kemampuan analisi teoritis yang sangat
berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelekumat Islam.
Metode
diakronis dan metode sinkronik – analitis menggunakan asumsi dasar sebagai
berikut :
v  Islam
merupakan suprasistem yang mempunyai beberapa sistem dan sub system serta
komponen dengan bagian-bagiannya dan secara keseluruhan merupakan struktur yang
unik (QS Fushilat : 37)
v  Wajib
bagi umat Islam untuk mengajak orang lain ke jalan Allah SWT. (QS An-Nahl :
125)
3.    Metode
Problem Solving
Metode
mempelajari islam yang mengajak pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai
maslah dari suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya.
4.    Metode
Emperis
Suatu
metode mempelajari Islam yang memungkinkan umat Islam mempelajari ajarannya
melalui proses aktualisasi dan internalisasi norma-norma dan kaidah Islam
dengan suatu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial, kemudian
secara deskriptif proses interaksi dapat dirumuskan dalam suatu system norma
baru.
Metode
problem solving dan metode emperis menggunakan asumsi sebagai berikut :
v  Norma
(ketentuan) kebajikan dan kemungkaran selalu ada ada dan diterangkan dalam
Islam (Q.S. Ali Imran : 104).
v  Ajaran
Islam merupakan risalah atau pedoman hidup di dunia dan akhirat. (Q.S.
Al-Baqarah : 120).
5.    Metode
Deduktif
Metode
dimana memahami islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah secara logis dan
filosofis dan selanjutnya kaidah tersebut diaplikasikan untuk menentukan
masalah-masalah yang dihadapi. Metode ini dipakai untuk sarana
meng-instimbatkan hukum syara’ dan kaidah itu benar-benar bersifat penentu dalam
masalah furu’ tanpa menhiraukan sesuai tidaknya dengan mahzabnya.
6.    Metode
Induktif
Suatu
metode memahali Islam dengan cara menyusun kaidah-kaidah hukum untuk diterapkan
kepada masalah-masalah furu’ yang disessuaikan dengan mahzabnya terlebih
dahulu.
D.    METODE MEMAHAMI ISLAM
Perjalanan Islam sampai kini telah
melampui kurun waktu yang cukup lama dan dipeluk oleh manusia diseluruh penjuru
dunia. Pemikiran Islam dapat diibaratkan dengan sebagai sungai yang besar dan
panjang. Wajar jika sumber mata airnya yang semula bening dan jernih serta
mengalir pada alur sempit dan deras dalam perjalanannya menuju muara kian
melebar, berliku-liku dan bercabang-cabang. Airnya kian pekat karena mengangkut
pula lumpur dan sampah. Geraknyapun menjadi lamban.
Dalam memahami metode islam kita harus mempelajari alquran secara
menyeluruh sehingga kita dapat memahami isi kandungannya dan akan menghasilkan
pemahaman tentang keislaman.
Untuk itu dalam
memahami dan menelaah ajaran Islam yang ada dalam buku-buku ilmiah terkadang perlu
kita cermati apakah ajaran ini persial atau apakah sudah komprehensif.
Dalam buku yang berjudul “Tentang Sosiologi Islam”,
karya Ali Syariati dijumpai uraian singkat tentang metode memahami yang pada
intinya Islam harus dilihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini ia
mengatakan jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandang saja, maka yang
akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Berbagai
aspek yang ada dalam al-Quran jika dipelajari secara menyeluruh akan menghasilkan
pemahaman Islam yang menyeluruh.
Adapun cara memahami Islam menurut seorang pengarang
buku terkenal, yaitu :
1.    Dengan mengenal Allah dan membandingkan-Nya dengan sesembahan agama lain.
2.    Dengan mempelajari Kitab suci Al-Qur’an dan membandingkan dengan
kitab-kitab samawi (atau kitab-kitab yang dikatakan sebagai samawi) lainnya.
3.    Mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh
besar pembahruan yang pernah hidup dalam sejarah.
4.    Mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkan tokoh-tokoh utama
agama maupun aliran-aliran pemikiran lain.[4]
Selain menggunakan pendekatan komperasi, Ali Syariati juga
menawarkan cara memahami islam melalui pendekatan aliran. Dalam hubungan ini ia
mengatakan bahwa tugas intelektual hari ini ialah mempelajari dan memahami
islam sebagai aliran yang membangkitkan kehidupan manusia, perseorangan maupun
masyarakat, dan bahwa sebagai intelektual dia memikul amanah demi masa depan
umat manusia yang lebih baik. Dia harus menyadari tugas ini sebagai tugas
pribadi dan apa pun bidang studinya dia harus senantiasa menumbuhkan pemagaman
yang segar tentang islam dan tentang tokoh-tokoh besarnya, sesuai bidang
masing-masing.
Selanjutnya, terdapat pula metode memahami islam yang
dijelaskan oleh Nasruddin Razak. Sama halnya Ali Syari’ati, Nasruddin Razak
juga menawarkan metode pemahaman islam secara menyeluruh. Menurutnya memahami
islam secara menyeluruh adalah penting walaupun tidak secara detail.
Untuk memahami islam secara benar, Nasruddin Razak
mengajukan empat cara sebagai berikut:
1.     
Islam
harus dipelajari dari sumbar aslinya, yaitu Alquran dan Al-Sunnah Rasulullah.
2.     
Islam
harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial,artinya ia dipelajari
secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja.[5]
3.     
Islam
perlu dipelajari diperpustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zu’ama dan sarjana-sarjana islam, karena
pada umumnya mereka memiliki pemahaman islam yang baik.
4.     
Islam
hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam Alquran,
baru kemudian dihubungkan degan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis
yang ada di masyarakat.
Selain itu Mukti Ali juga mengatakan bahwa selama ini
pendekatan terhadap agama islam masih sangat pincang. Berkenanaan dengan ini,
Mukti Ali mengatakan bahwa bahwa pendekatan ilmiah-cum
doktriner
harus kita pergunakan, pendekatan scientific-cumsuigeneris harus kita terapakan. Inilah yang saya
(Mukti Ali) maksud dengan metode sintetis.[6]
Selain itu, Mukti Ali juga mengajukan pendapat tentangmetode memahami islam
sebagaimana dikemukakan Ali Syari’ati yang yang menekankan pentingnya melihat
islam secara menyeluruh.
Metode lain yang diajukan Mukti Ali adalah metode tipologi.
Pendekatan ini banyak digunakan oleh sarjana Barat untuk memahami ilmu-ilmu
manusia. Dalam hal agama islam, juga agama-agama lain, kita dapat
mengidentifikasi lima aspek atau ciri-ciri agama itu, lalu dibandingkan dengan
aspek dan ciri yang sama dari agama lain, yaitu 1)aspek ketuhanan, 2)aspek
kenabian, 3)aspek kitab suci, dan 4)aspek keadaan sewaktu munculnya nabi dan
orang-orang yang didakwahinya serta individu-individu terpilih yang dihasilkan
oleh agama itu.[7]
Selanjutnya, untuk memahami islam dapat kita lakukan dengan
memahami kitab sucinya, metode berikutnya dalam memahami islam debgan
mempelajari probadi Muhammad bin Abdullah.mengetahui dan memahami Nabi Muhammad
Saw. sangat penting bagi ahli sejarah, karena tidak ada seorang pun dalam
sejarah umat manusia yang mempunyai peranan yang begitu besar seperti Nabi
Muhammad.
Metode selanjutnya untuk memahami islam adalah dengan
meneliti suasana dan situasi d mana Nabi Muhammad bangkit. Misalnya, apakah ia
bangkit sebagai nabi tanpa tindakan-tindakan pendahuluan. Apakah ada orang yang
mengharap-harap akan bagkitnya seorang nabi. Apakah ia sendiri mengharap-harap
diangkat menjadi nabi. Apabila ia tahu bagaimana jadinya tugasnya itu. Atau
apakah misinya itu merupakansuatu beban yang mendesak dan berat terhadap
jiwanya.[8]
Dari
uraian di atas kita dapat melihat bahwa metode yang dapat digunakan untuk
memahami agama islam secar garis besar ada dua yaitu metode komperasi maksudnya
memahami islam dengan cara membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama
lain sehingga akan dihasilkan pemahaman islam secara objektif dan utuh. Yang
kedua adalah metode sintesis maksudnya suatu cara memahami agama dengan
memadukan antara metode inilah dengan segala cirinya.
E.    
TUJUAN METODE MEMAHAMI ISLAM
Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13M. Hingga saat ini, fenomena
pemahaman ke-Islaman umat Islam Indonesia masih ditandai oleh keadaan amat
variatif. Kondisi pemahaman ke-Islaman serupa ini barangkali terjadi pula di
berbagai negara lainnya. Kita misalnya melihat adanya sejumlah orang yang
pengetahuannya tentang ke-Islaman cukup luas dan mendalam, namun tidak
terkoordinasi dan tidak tersusun secara sistematis. Hal ini disebabkan karena
orang tersebut ketika menerima ajaran Islam tidak sistematik dan tidak
terorganisasikan secara baik. Mereka biasanya datang dari kalangan ulama yang
belajar ilmu ke-Islaman secara otodidak atau kepada berbagai guru yang antara
satu dan lainnya tidak pernah saling bertemu dan tidak pula berada dalam satu
acuan yang sama semacam kurikulum.
Selanjutnya kita melihat pula munculnya paham ke-Islaman bercorak tasawuf
yang sudah mengambil bentuk tarikat yang terkesan kurang menampilkan pola hidup
yang seimbang antara urusan duniawi dan urusan ukhrawi. Dalam tasawuf ini,
kehidupan dunia terkesan diabaikan. Umat terlalu mementingkan urusan akhirat,
sedangkan urusan dunia menjadi terbengkalai. Akibatnya keadaan umat menjadi
mundur dalam bidang keduniaan, materi dan fasilitas hidup lainnya.
Pemahaman keislaman tersebut jelas tidak membuat yang bersangkutan keluar
dari islam dan dapat kita maklumi, karena sebagai akibat dari proses pengajaran
yang belum tersusun secara sistematik dan belum disampaikan menurut prinsip,
pendekatan dan metode yang direncanakan dengan baik. Namun, untuk kepentingan
akademis dan untuk membuat islam lebih responsip dan fungsional dalam memandu
perjalanan umat serta menjawab berbagai masalah yang dihadapi saat ini, di
perlukan pemahaman islam yang utuh dan komprehenif. Dalam hubungan ini Mukti
Ali pernah mengatakan
bahwa metodologi adalah masalah yang
sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu.[9]
Dari beberapa uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa metode memiliki
peranan sangat penting dalam kemajuan dan kemunduran. Untuk mencapai suatu
kemajuan, kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus dilengkapi dengan
ketepatan memilih metode yang akan digunakan untuk kerjanya dalam bidang
pengetahuan. Metode yang tepat adalah masalah pertama yang harus diusahakan
dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Kewajiban pertama bagi setiap peneliti
adalah memilih metode yang paling tepat untuk riset dan penelitinya. Kini
disadari bahwa kemampuan dalam menguasai materi keilmuan tertentu perlu
diimbangi dengan kemampuan dibidang metodologi sehingga pengetahuan yang
dimilikinya dapat dikembangkan.[10]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
            Dari pembahasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa :
v  Metode adalah suatu ilmuyang memberi
penjelasan tentang system dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu
penyelidikan keilmuan.
v  Metodelogi berarti ilmu tentang
cara-cara untuk sampai pada tujuan. Metodologi dalam hal pemahaman Islam
digunakan untuk mengetahui metode-metode yang tepat agar dapat diperoleh hasil
yang utuh dan objektif dalam pemahaman Islam.
v  Ada beberapa metode yang dipakai
dalam studi Islam, seperti
1. Metode Diakronis
2. Metode Sinkronik-Analitik
3. Metode Problem Solving
4. Metode Empiris
5. Metode Deduktif
6. Metode Induktif
v  Metode yang dapat digunakan untuk
memahami agama islam secar garis besar ada dua yaitu metode komperasi maksudnya
memahami islam dengan cara membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama
lain sehingga akan dihasilkan pemahaman islam secara objektif dan utuh. Yang
kedua adalah metode sintesis maksudnya suatu cara memahami agama dengan
memadukan antara metode dengan segala cirinya.
v  metode
memiliki peranan sangat penting dalam kemajuan dan kemunduran. Untuk mencapai
suatu kemajuan, kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus dilengkapi dengan
ketepatan memilih metode yang akan digunakan untuk kerjanya dalam bidang
pengetahuan. Metode yang tepat adalah masalah pertama yang harus diusahakan
dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
B.
SARAN
            Islam merupakan agama yang sangat komplek, oleh karena itu
butuh pemahaman yang mendalam agar tidak salah dalam memahaminya. Dan untuk
memudahkan kita memahaminya dibutuhkan cara yang tepat agar tercapai pemahaman
yang utuh tentang Islam. Jadi saran kami, mari kita semua belajar dan terus
belajar tentang berbagai macam ilmu pengetahuan khususnya tentang agama kita
sendiri yaitu Islam. Dengan kita mengetahui lebih dalam agama kita, maka
iman  dan taqwa kita kepada Allah SWT
akan semakin kuat dan mengakar. Sehingga tercapai kebahagian baik di dunia
maupun di akhirat.


[1] www.elsya2389.blogspot.com(1
April 2012).  Di akses minggu, 15
September 2013 13:35
[2]
Riosihon Anwar dkk, Pengantar Studi Islam,
(Bandung: Pustaka Setia), 2009, h. 60
[3]
Abdul Rozak, Metodologi Studi Islam, (Bandung:
Pustaka Setia), 2008, h. 68
[4]
Ali Syari’ati, Tentang Sosiologi  Islam, (terj) Saifullah Mahyuddin, dari
judul asli On The Sociology of Islam
(Yogyakarta: Ananda, 1982)cet. I, hlm 72.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), Cet.9.hlm.153
[5]
Pemahaman terhadap ajaran islam sacar intergral ini amat diperlukan, terutama
ketika yang bersangkutan ingin memahami islam dari sumbernya yang asli yaitu
Alquran. Sebagaimana yang diketahui bahwa sungguhpun ayat-ayat  Alquran ditulis terpisah-pisah dalam berbagai
ayat dan surat , namun isinya merupakan satu kesatuan mission dan tujuan. Jika kesatuan mission dan tujuan ini tidak dipahami denagan baik, akan berakibat
fatal. Misalnya kita membaca ayat yang isinya membolehkan salat menghadap ke
arah manapun juga, namun pada bagian lainnya kita membaca ayat yang isinya
perintah menghadap kiblat dalam mengerjakan shalat. Kedua ayat ini secara
lahiriah bertentangan, tetapi jika dipelajari konteks waktu turun ayat ini
tidak bertentangan. Ayat yang membolehkan menghadap mana saja dala shalat turun
lebih dahulu, sedangkan ayat yang menyeluruh menghadap Masjidil Haram pada
waktu shalat turun belakangan. Dengan demikan,ayat yang turun lebih dahulu itu
telah dimansukh (dihapus kekuatan
hukumnya) oleh ayat yang datang belakangan. Sehingga pada waktu shalat harus
menghadap Masjidil Haram. Namun kedua ayat tersebut tetap dikemukakan dalam
Alquran untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya serta untuk diambil
hikmahnya.
[6]
Mukti Ali, Imu Perbandingan Agama (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1977), hlm.43.
[7]
Ibid., hlm.51-52
[8]
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.9.hlm.160.
[9]
A.Mukti Ali, Metodologi Ilmu Agama Islam,
dalam  Taufik  Abdullah dan M. Rusli Karim (Ed), dalam Metodologi Penelitian Agama Sebuah
Pengantar,
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990),cet.II, hlm. 44.
[10]
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.9.hlm.146

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *